Selamat Datang ...

Cerita Gopek menyuguhkan fiksi mini (flash fiction) karya Mardiana Kappara yang mengandung tidak lebih dari 500 kata pada tiap cerita.


Selasa, 31 Mei 2011

Pengkritik Versus Pengkarya

Sementara, di rak sebelahnya, terdapat buku lesu penuh debu tanpa jamahan tangan. Adalah karya abangku tersayang yaitu Mas Pram. Aku pura-pura bertanya pada mereka (mayoritas anak muda) “Kenapa kalian tidak baca buku mas pram?” Mereka mengerutkan jidat dan menjawab sambil tertawa “Siapa ya? Pengarangnya gak kenal. Kata-katanya gak nyambung, isinya gak berbobot, kolot!” Dari jawaban mereka paman merasa prihatin dengan selera anak muda ini jaman.

(Sebuah Komentar di Cerpen Air matamu, Air mataku, Air mata kita Karya Ayi Yufridar, ditulis ulang di http://cerpenkompas.wordpress.com/)


Apakah benar pengkritik dan pengkarya itu satu jalur?
Jawabannya, tidak. Seperti perbandingan antara komentator sepakbola dan pemain sepakbola, terkadang komentator sepakbola tidak sehebat pemain sepakbola ketika bermain di lapangan hijau. Begitu pula perbandingan antara pengamat politik dengan praktisi politik, keduanya bermain di ranah yang berbeda, satu teoritis satu lagi realistis.

Kalau bisa saya sebut pengkarya adalah golongan kanan dan pengkritik adalah golongan kiri. Seperti rel kereta api, mereka berjalan bersisian, namun tidak akan pernah bertemu di ujung rel. Tetapi kekuatan mereka berdua mampu menjalankan gerbong kereta api hingga sampai ke tujuan.

baca selengkapnya di Shvoong