Pada zaman dahulu, anak gadis
daerah Jambi dilarang turun dari rumah. Karenanya hampir tidak ada anak gadis
di daerah Jambi tidak bisa menenun. Dhamasraya juga pandai menenun sebilah
bahkan berbilah-bilah songket. Sangking rajinnya, tidak pernah gedogan[1]
Dhamasraya terlihat berhenti bekerja barang sehari pun. Cantik-cantik desain
songket yang mampu dihasilkan Dhamasraya hingga kemudian kemahsyuran desain
kain songketnya terdengar hingga ke telinga Putri Pinang. Kemudian sang Putri
menemui Dhamasraya dan memintanya untuk menenunkan sebilah kain songket yang
rencananya akan dipakai menemui Pangeran digdaya dari negeri seberang, Putri
Pinang berharap dengan mengenakan songket indah buatan Dhamasraya, Pangeran
idaman hatinya tersebut akan jatuh hati padanya.
Dhamasraya bersedia membuatkan
dengan syarat Putri Pinang harus memakai songket itu di kepalanya dan tidak
berkata satu pun kebohongan ketika mengenakan kain buatannya tersebut, maka
niscaya akan semakin terpancarlah aura kecantikan sang Putri dan tunduklah hati
Pangeran padanya. Putri pun menyanggupi syarat tersebut.
Pada hari yang telah dijanjikan,
Dhamasraya pun menyerahkan songket buatannya yang menyisipkan benang emas,
perak, tembaga, dan benang warna di atas benang lungsin[2]. Dhamasraya
membuat Motif Angso Duo yang melambangkan Jambi
sebagai Tanah Pilih Pesako Betuah[3].
Dhamasraya sendiri yang membentuk tengkuluk[4]
di atas kepala Putri Pinang dengan songket buatannya. Seketika, kecantikan
Putri Pinang menjadi bertambah berkali-kali lipat.
Tetapi, janji tak dapat dipegang. Putri Pinang terlupa
berkata jujur ketika Pangeran pujaan hatinya memuji keindahan motif songket tengkuluknya.
Putri Pinang bermaksud membuat sang Pangeran jatuh kagum padanya dengan sedikit
kebohongan, “Terima kasih, Baginda. Sehari semalam aku kerjakan membuat songket
ini demi menemui Baginda.” Dan seketika itu juga Putri Pinang berubah wujud
menjadi sebutir pinang.
Topik: Kain Tradisional